Selasa, 16 Februari 2016



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidik dan anak didik. Kedua istilah itu rasanya sudah tidak asing di telinga kita sebagai calon tenaga kependidikan. Dimana pendidik dan anak didik merupaka kunci utama bagi terselenggranya segala kegiatan pendidikan. Dalam proses pendidikan manusia merupakan guna terselenggaranya pendidikan yang efektif dan efisien, baik berperan sebagai pendidik maupun peserta didik.
Pendidik merupakan pihak yang membantu anak didik karena ketidakberdayaannya untuk menjadi manusia yang memiliki budi pekerti, hati nurani semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan sebagainya sebagaimana yang dimiliki oleh si pendidik itu sendiri. Disini pendidik harus mampu membimbing anak menuju ke arah kedewasaan. Pelaksanaannya bisa dalam keluarga maupun diluar lembaga keluarga.
Lain halnya dengan anak didik yang mempunyai peranan sebaliknya dari pendidik, yaitu merupakan pihak yang memerlukan bantuan pendidik. Meskipun anak didik dalam keadaan tidak berdaya, namun memiliki potensi tertentu yang bisa dikembangkan. Karena potensi itulah, pendidik berusaha seoptimal mungkin untuk membantu anak didik dalam mengmbangkan potensi tersebut.
B.       Pembatasan Masalah
Jika dikaji lebih jauh, begitu banyak karakteristik pendidik yang ideal dari berbagai sudut pandang. Begitu juga dengan anak didik. Hanya di sini, kami akan berusaha membahas mengenai pendidik dan anak didik sesuai kemampua kami, dan kami menyususn makalah ini dengan judul “Pendidik dan Anak Didik”.
C.      Rumusan Masalah
1.      Apakah Pengertian Pendidik ?
2.      Apakah Pengertian Anak Didik ?
3.      Bagaimana Interaksi Pedagogis Antara Pendidik Dengan Anak Didik ?
4.      Apa Saja Aspek-aspek Dalam Pendidikan ?
D.      Tujuan
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah yang berjudul “Pendidik dan Anak Didik” antara lain:
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Pendidik.
2.      Untuk Mengetahui Pengertian Anak Didik.
3.      Untuk Mengetahui Interaksi Pedagogis Antara Pendidik Dengan Anak Didik
4.      Untuk Mengetahui Aspek-aspek Dalam Pendidikan.














BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pendidik
1.      Pengertian Pendidik
Menurut Langeveld, pendidik adalah orang yang membimbing anak, supaya anak tersebut menuju ke arah kedewasaan yang pelaksanaannya baik di keluarga maupun di luar lembaga keluarga. Dalam mencapai keberhasilan pendidikan peran yang terpenting adalah pendidik. Sebab pendidikan adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya (sadulloh, dkk 2010)
.   
Sadulloh dkk. (2006) mengatakan pendidik adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya pendidikan, sejalan dengan itu ada juga yang mengatakan bahwa pendidik adalah orang dewasa yang membantu terhadap anak didik agar menjadi dewasa.

Dalam UU No.20 tahun 2003 pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktor, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhusuannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dari pengertian tersebut terdapat dua manusia yang terkait yaitu orang dewasa, dialah yang menjadi pendidik dan anak (manusia yang belum dewasa) yang menjadi anak didiknya. Jadi pendidik adalah orang dewasa yang secara kodrat bertugas untuk membimbing anak menjadi dewasa.
2.      Jenis-jenis Pendidikan
Pendidik sebagai orang yang bertanggung jawab membimbing anak untuk mencapai kedewasaan, maka dari itupendidik dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a.       Orang Tua
Orang tua secara wajar menjadi pendidik pertama, karena ketika lahirnya anak orang tua secara alamiah dan kodrati yangbertanggung jawab terhadap anaknya. Anak lahir membawa kepada ketidakberdayaan, karena itu mereka memerlukan bantuan orang lain dan tentunya harus orang dewasa. Ketidakberdayaan pada anak ada dua hal yaitu tidak berdaya mengurus dirinya sendiri dan tidak berdaya untuk engembangkan diri.
Peran orang tua begitu besar, karena bukan saja sekedar mendidik anak agar besar serta pandai, tetapi menjadikan anaknya manusia yang mampu hidup bersama dengan orang lain.
b.      Guru
Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik karena sebagai profesi di lembaga sekolah atau yang sering disebut guru. Guru tidak bisa disebut secara wajar dan alamiah sebagai pendidik, tetapi hanya sebagai pengganti orang tua.
Dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,  pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberap hal yang harus dimilkiki seorang guru diantaranya:
Ø       Guru harus memiliki kedewasaan.
Ø       Guru mampu menjadikan dirinya sebgai teladan.
Ø       Guru harus menjadi seorang pribadi.
Ø       Guru harus mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak  didiknya.
Ø       Guru mampu menghayati kehidupan anak, serta bersedia membantunya.
Jadi tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua yang mampu menarik simpati bagi siswanya dalam belajar.
c.         Pemimpin/pemuka masyarakat
Pemuka masyarakat adalah pendidik dalam lembaga non formal, dalam bermacam-macam perkumpulan atau organisasi yang ada didalam masyarakat.
3.     Ciri-ciri Pendidik
a.       Memilki kewibawaan
Pendidik harus memiliki kewibawaan dimata anak didiknya karena anak didik membutuhkan perlindungan, bantuan, bimbingan dari seorang pendidik.
Kewibawaan seorang pendidik akan diakui apabila pendidik mempunyai kelebihan dari anak didiknya baik sikap, pengetahuan maupun keterampilannya. Pendidik harus mempertahankan kewibawaannya sehingga harus dipelihara dan dibinanya. Langeveld mengemukakan tiga sendi kewibawaan untuk memeliharanya, yaitu kepercayaan, kasih sayang dan kemampuan mendidik.

b.      Mengenal anak didik
Seorang pendidik harus mengenal anak didiknya yakni dengan mengenal sifat anak secara umum dan secara khusus. Sifat setiap anak berbeda-beda, maka dari itu pendidik harus mengenal anak didik secara khusus agar pendidikannya dapat sesuai dengan setiap anak secara perorangan.

c.       Membantu Anak Didik
Ciri yang ketiga bagi seorang pendidik adalah membantu anak didiknya, dan bantuan yang diberikan harus sesuai dengan yang diharapkan anak didiknya.

     4.    Tugas pendidik
Pendidik baik itu orang tua, pengajar atau guru maupun pemuka masyarakat, sebenarnya adalah perantara atau penghubung aktif yang menjembantani antara anak didik dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Tanpa pendidikan tujuan pendidikan manapun yang telah dirumuskan tidak akan dapat dicapai oleh anak didik. Agar pendidik dapat berfungsi sebagai perantara yang baik,maka pendidik harus dapat melakukan tugas-tugas dengan baik pula. Tugas-tugas pendidik dapat dikelompokan sebagai berikut:
           a.      Tugas Educational (Pendidikan)
     Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberikan bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukan kepribadian anak didik sehingga anak didik akan menjadi manusia yang mempunyai sopansantun tinggi,mengghargai orang lain,dan lain-lain.
         b.      Tugas Intruksional
Dalam tugas ini kewajiban pendidik dititikberatkan pada perkembangan dan kecerdasan daya intelektual anak didik, dengan tekanan perkembanagan pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga anak akan menjadi cerda,bermoral baik dan terampil.
           c.      Tugas managerial (Pengelolaan)
     Dalam hal ini pendidik berkewajiban mengelola kehidupan lembaga,pengelolaan itu meliputi:
Ø  Personal atau anak didik,yang lebih erat berkaitan dengan pembentukan kepribadian anak.
Ø  Meterial atau sarana, yang meliputi alat-alat, perlengkapan media pendidikan dan lain-lain yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Ø  Operasional atau tindakan yang dilakukan, yang menyangkut metoda mengajar, pelaksanaan mengajar, segingga dapat tercapai kondisi yang seoptimal mungkin bagi terlaksananya proses belajara mengajar dan dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya bagi anak didik.
5.      Syarat-Syarat Pendidik
Setiap pendidik harus memenuhi syarat-syarat agar dapat berperan secara efektif dan efisien. (Edi Suardi, 1984) mengungkapkan bahwa seorang pendidik harus memnuhi beberapa persyaratan, yakni:
a.       Pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan (pendidik mengenal tujuan pendidikan nasional)
b.      Pendidik harus mengenal anak didiknya.
c.   Pendidik harus mengetahui prinsip dan penggunaan alat pendidikan (Pendidik dapat memilih prinsip mana yang cocok untuk anak ini pada situasi tertentu.
d.      Pendidik bersedia membantu anak didik
e.       Pendidik beridentifikasi dengan anak didik (menyesuaikan diri dengan dunia anak namun dewasa)
B.   Anak Didik
Anak didik dikatakan umat manusia yang merupakan seorang yang diakui hak nya sebagai individu, tetapi juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sosial dengan demikian peserta didik harus dikatakan sebagai anak manusia yang tengah berkembang dengan pertolongan pendidik. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
1.            Pengertian anak didik
Anak didik merupakan seorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal. (Tirtahadja, 2000) mengemukakan 4 karakteristik.
a.       Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas. Sehingga merupaka makhluk unik.
b.      Individu yang sedang berkembang
c.       Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
d.      Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2.      Ciri-ciri anak didik
Ciri-ciri anak didik ada 3 ciri (Edi Suardi, 1984)
a.       Kelemahan dan ketidakberdayaan
Manusia ketika dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Untuk dapat bergerak harus mlalui berbagai tahapan, berbeda dengan binatang begitu lahir sudah langsung bisa berdiri. Dari kelemahan dan ketidakberdayaan akan bisa mengalahkan kepandaian binatang.mengapa demikian?sebab dibekali oleh Alloh potensi. Potensi tidak tampak tetapi terkandung dalam inti kehidupan anak manusia,potensi yang cukup besar pada manusia adalah kemampuan untuk belajar.
Kelemahan yang dimilikioleh anak adalah kelemahan rohaniah dan jasmaniah, maka dia tidak kuat oleh gangguan cuaca, keadaan tubuh yang basah, panas atau dingin. Begitu juga rohaniahnya, dia tidak mampu membedakan keadaan yang berbahaya ataupun menyenangkan. Kelemahan dan ketidakberdayaan makin lama makin hilang karena berkat pendidikan.

b.        Anak didik adalah makhluk yang ingin berkembang
Bayi yang normal atau sehat tidak pernah diam. Kalau sudah pandai berpindah tempat ia tak mau diam. Semua ia ingin ketahui. Vitalitas (semangat hidup) begini memang khas ada pada mahluk kecil, termasuk binatang. Itu adalah masa sibuk belajar.
Justru karena kelemahan dan ketidak berdayaan (yang berangsur hilang itu) maka hasrat ini menjadi motor vitalis ini. Hasrat ini yang mengganti ketiadaan kemampuan pada saat anak manusia lahir itu, suatu karunia yang besar justru untuk membawa mereka ke tingkat kehidupan jasmaniah dan rukhaniah yang tinggi, lebih tinggi dari mahluk lain.
Kelemahan itu dan ketidakberdayan itulah yang menjadikan alasan hasrat ini untuk mengetahui dan mendapatkan hal-hal yang pelu. Hasrat yang mendorong anak untuk giat itulah yang menyebabkan adanya kemungkinan pertemuan atau pergaulan yang disebut pendidikan itu.
Dalam sorotan ini maka menjadi jelas bagi kita bahwa kegiatan peserta didik yang menunjukan ciri khas daripadanya itulah yang diantaranya memungkinkan kita memberikan pendidikan kepadanya. Kalau tak ada ini amat diragukan bagaimana kita akan membuatnya berkembang, sebab berkembang memerlukan suatu hal yang bersifat dasar, yaitu keinginan dari anak sendiri untuk berkembang tanpa itu maka ia menjadi tidak ada kemauan, tidak mempunyai vitalitas, tidak giat, bahkan barangkali menjadi malas dan acuh. Kita jumpai hal ini pada khasus yang parah dari pada anak yang terbelakang. Sungguh suatu hal yang amat sulit untuk membawa mereka pada suatu dunia kegiatan yang normal. Mereka hampir tak punya hasrat berkembang demikian itu sungguh menyedihkan. Kita patut mengucap syukur bahwa peserta didik punya ciri ini. Tanpa itu maka perkembangan kemanusiaan (kedewasaan) menjadi sulit sekali kalau tidak disebut mustahil.

c.         Anak didik yang ingin menjadi diri sendiri
Seperti yang pernah kita perkataan peserta didik itu juga ingin menjadi diri sendiri. Kita mengetahui bahwa hal ini penting baginya, karena untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang itu harus merupakan seseorang diri sendiri, orang seorang ataupribadi itu. Tanpa itu maka manusia akan menjadi “yes-men”, manusia masa, yang tak punya pribadi. Jauh didalam lubuk hati peserta didik ada hasrat ini. Hasrat ini makin berkembang untuk sewaktu-waktu keluar secara berlebihan dalam masa yang disebut masa Trotz. Ciri ini penting untuk diketahui, karena pendidikan yang memperhatikan hal ini. Bila ini terjadi maka anak atau peserta didik akan kehilangan pribadinya dan kemudian akan menjadio seorang manusia yang tak punya kemauan, vitalitas hidup tidak punya prakarsa. Sungguh hal ini pun harus dihindarkan.
     Menurut Umar (2008), Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah :
     a.       Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya membutuhkan bantuan dan bimbingan.
     b.      Individu yang sedang berkembang
Yang dimaksud berkembang disini ialah perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditunjukan kepada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan. Sejak manusia lahir bahkan sejak masih berada dalam kandungan ia berada dalam proses perkembangan. Proses perkembangan ini melalui suatu rangkaian yang bertingkat-tingkat. Tiap tingkat (fase) mempunyai sifat-sifat khusus. Tiap fase berbeda dengan fase lainnya. Anak yang berada pada fase bayi berbeda dengan fase remaja, dewasa, dan orang tua. Perbedaan-perbedaan ini meliputi perbedaan minat, kebutuhan, kegemaran, emosi, inteligensi dan sebagainya. Perbedaan tersebut harus diketahui oleh pendidik pada masing-masing tingkat perkembangan tersebut. Atas dasar itu pendidikan dapat mengatur kondisi dan strategi relevan dengan kebutuhan peserta didik.
     c.       Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Dalam proses perkembangannya peserta didik membutuhkan bantuan dan bimbingan. Bayai yang baru lahir secara badani dan hayati tidak terlepas dari ibunya, seharusnya setelah ia tumbuh berkembang menjadi dewasa ia sudah dapat hidup sendiri. Tetapi kenyataannya untuk kebutuhan perkembangan hidupnya, ia masih menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang dewasa, sepanjang ia belum dewasa. Hal ini menunjukan bahwa bahwa pada diri peserta didik ada dua hal yang menggejala:
Ø  Keadaan yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan bantuan. Hal ini menimbulkan kewajiban orang tua untuk membantunya.
Ø  Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini membutuhkan bimbingan. Orang tua berkewajiban untuk membimbingnya. Agar bantuan dan bimbingan itu mencapai hasil maka harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

3.      Perkembangan anak didik
Dalam perkembangan peserta didik ia mempunyai kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan untuk memerdekaan diri. Hal ini menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua (si pendidik) untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan dan pada akhirnya mengundurkan diri. Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar peserta didik berbuat menurut pola yang dikehendaki pendidik. Ini dimaksudkan agar peserta didik memperoleh kesempatan memerdekakan diri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri. Pada saat ini si anak telah dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.
Kelompok-kelompok menurut perkembangan sebagai berikut.
a.       Bayi (0-2 tahun)
Masa bayi (sejak lahir – 1 tahun) dalam keadaan tidak berdaya di satu pihak, akan tetapi di pihak lain menunjukan keinginan berkembang yang tak mau berhenti dan dengan semangat yang mengagumkan.
b.      Kanak-kanak (3-7 tahun)
Masa kanak-kanak (3-7 tahun) dapat diklasiikasikan kepada 2 fase, yaitu
Pertama usia 3-4 tahun merupakan masa otonomi rasa malu dan ragu, pada tahap ini anak dapat berdiri sendiri secara fisik.
Kedua usia 4-7 tahun
Masa kanak-kanak (3-7 tahun) adalah masa eksplorasi (penyelidikan)
c.       Anak-anak (7-12 tahun)
Masa anak-anak (7-12 tahun) mereka menginjak masa yang lebih luas dunia mereka lebih rasional daripada dunia anak-anak. Masa ini adalah masa perkembangan dunia kecerdasan yang lebih luas. Tanda utamanay adalah pengenalan dan penyelidikan yang lebih luas. Masa anak-anak adalah masa pencarian pengetahuan sebanyak mungkin, informasi yangcocok dan hal-hal yang menyangkut uraian tentang dunia nyata.
d.      Puber (12-14 tahun)
Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih, sebab masa ini berada dalam peralihan masa anak-anak dan remaja. Ada beberapa ciri yang bersangkutan dengan pertumbuhan dan perkembangan biologis dan fsikologis.
Pada wanita puber ditandai dengan haid pertama. Perkembangan fisik bagi wanita pinggulnya membesar, buah dada berkembang, bagi laki-laki ditandai dengan mimpi basah, otot-otot tumbuh dan perubahan suara.
Fase ini adalah masa penyesuaian jangka panjang kepada kehidupan kedewasaan yang menunut tanggung jawab paripurna yang menentukan persyaratan.
4.      Anak didik sebagai individu
Individu adalah orang seorang diri, perseorangan manusia perseorangan sebagai kesatuan yang tidak dapat dibagi, memiliki perbedaan yang lainnya sehingga bersifat unik, tidak ada dua individu yang persisi sama.
Prinsip dasar bagi pendidikan yaitu pengakuan bahwa setiap manusia dan dengan sendirinya juga anak didik adalah seorang individu. Seorang individu yang harus diakui ke diri sendirinya keindividuannya. Kalau prinsip dasar tidak diakui maka tidak akan terjadi pendidikan dalam arti pendidik hanya melakukan dresur, tidak akan menghasilkan manusia yang diharapkan yang terjadi nantinya adalah manusia yang telah ditekan dirusuk ke diri sendirinya tidak dapat lagi menentukan dirinya sendiri dan karena itu selalu tergantung kepada orang lain.
C.   Interaksi Pedagogis Antara Pendidik Dengan Anak Didik
Interaksi pedagogis merupakan suatu pergaulan antara anak dengan orang dewasa untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitumanusia mandiri, manusia dewasa. Interaksi pedagogis pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara anak didik dengan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan. Interaksi pedagogis selalu mengandung tujuan, tujan pendidikan maksudnya, apakah itu tujuan dekat / lebih jauh.
1.      Pendidikan berarti komunikasi
Pendidik dan anak didik akan berkomunkasi dalam arti komunikasi dua arah. Dalam berkomunikasi anak harus diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri, mencoba kemampuannya sendiri. Dalam berkomunikasi antara pendidik dengan anak didik ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
a.       Menyediakan situasi yang baik
b.      Mengikuti irama
2.      Syarat-syarat interaksi pedagogis
Interaksi pedagogis akan berlangsung apabila terrdapat beberapa hal:
a.       Rasa tenang pada anak
b.      Hadirnya kewibawaan
c.       Kesediaan pendidik membantu anak didik
d.      Perhatian minat anak.
3.      Interaksi pedagogis dalam proses belajar di sekolah
a.       Interaksi atas dasar tugas dan peran masing-masing.
Di sekolah hubungan pribadi itu timbul karena tugas / peranan masing-masing.
b.      Ada tujuan
Tidak ada kegiatan yang tidak bertujuan dalam situasi itu, karena pada dasarnya situasi dan interaksi ini lahir untuk kepentingan murid.
c.       Kemampuan guru untuk membantu
Dalam interaksi belajar mengajar ditandai dengan kemauan guru untuk membantu murid mencapai suatu kepandaian atau keterampilan serta sikap tertentu.
d.      Ada suatu prosedur
Sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan.
e.       Ditandai dengan satu gagasan materi
f.       Interaksi belajar mengajar ditandai dengan aktivitas murid
g.      Guru mengambil peranan membimbing
h.      Di dalam interaksi belajar mengajar ada suatu disiplin
i.        Ada batas waktu
j.        Interaksi belajar mengajar individual
k.      Interaksi belajar-mengajar berkelompok
l.        Interaksi belajar mengajar dengan tim guru.
D.   Aspek-aspek Pendidikan
Manusia merupakan makhluk jasmani dan ruhani, yang pada hakikatnya secara ruhaniah adalah sebagai makhluk individual  dan makhluk sosial. Menurut langeveld, dasar antropologis manusia (hakikat manusia) adalah individualitas, sosialitas dan moralitas. Selain ketiga dasar antropologis tersebut adalah makhluk berketuhanan.
Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2001) dasar hakikat manusia, interaksi belajar mengajar di sekolah harus menyangkut aspek-aspek pendidikan, yaitu:
a.       Pendidikan budi pekerti
Pendidikan budi pekerti berusaha mengembangkan manusia berwatak dan bermodal, berakhlak mulia, merupakan dasar yang fundamental bagi pendidikan yang lainnya.
Pendidikan budi pekerti bertujuan agar anak dapat membedakan antara baik dan tidak baik, sopan tidak sopan, sifat terpuji dan tercela, dan sebagainya
Pendidikan budi pekerti mencakup 2 macam pembentukan, pertama pembentukan kata hati. Kedua adalah pembentukan kemauan.
b.      Pendidikan kecerdasan
Pendidikan kecerdasan merupakan tugas pokok sekolah, agar anak dapat berpikir logis, kritis dan kreatif.
Berpikir kritis berarti secara cepat anak dapat melihat hal-hal yang benar dan tidak benar dalam kehidupannya.
Berpikir logis berarti anak dapat dengan cepat melihat hal-hal yang benar dan tidak benar dalam kehidupannya.
Berpikir logis berati anak dapat dengan cepat melihat hubungan antara masalah yang satu dengan yang lain, membandingkan dan menarik kesimpulan.
Berpikir kreatif, bahw aapa yang telah diselidiki, atau dari hasil percobaan dapat menemukan sesuatu yang baru.
Untuk melatih berpikir anak :
1.      Hindarkan sifat verbalitas dalam pengajaran
2.      Sajikan pengejaran dalam bentuk pemecahan masalah
3.      Dalam pembelajaran hendaknya siswa dihadapkan kepada situasi nyata yang harus dipecahkan.
4.      Usahakan aktivitas-aktivitas dalam praktek untuk menyelidiki dan menguji kebenaran pengetahuan yang diperoleh dari buku.
5.      Latihlah murid untuk membuat suatu laporan.
c.       Pendidikan sosial
Manusia hidup dalam kelompok, baik kelompok kecil atau besar. Kelompok kecil adalah keluarga, kelompok besar misalnya marga. Tujuan pendidikan sosial. Tujuan pendidikan sosial, agar anak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama, dan ikut ambil bagian dalam kehidupan bersama tersebut.
d.      Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan mendidik anak agar kelak menjadi warga negara yang baik, dan utuh, berguna bagi kehidupan masyarakat dan negara.
e.       Pendidikan Keindahan (estetika)
Pendidikan ini bertujuan agar anak didik memiliki rasa keharuan terhadap keindahan, memiliki selera keindahan dan selanjutnya dapat menghargai da menikmati keindahan, bukan mendidik anak menjadi seniman, seniwati dalam berbagai lapangan kesenian.
f.       Pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani tidak hanya berupa latihan jasmani saja, yang bertujuan memperkuat otot, mempertinggi koordinasi dan menuju kesehatan tubuh. Tetapi pendidikan jasmani juga untuk pembentukan watak. Pembentujan watak seperti jujur, sportif, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama dan sebagainya.
g.      Pendidikan agama
Pendidikan agama khususnya di Sekolah Dasar sebaiknya ditekankan kepada pembiasaan, yaitu kebiasan-kebiasaan untuk melaksanakan / mengamalkan ajaran-ajaran agama.
h.      Pendidikan kesejahteraan keluarga.
Pendidikan kesejahteraan keluarga secara umum bertujuan meningkatkan taraf kehidupan dan penghidupan keluarga untuk mencapai terwujudnya keluarga sejahtera secara utuh (jasmani, rohani, material, spiritual). Siswa khusus di sekolah untuk memperdalam keinsyafan anak akan perlunya hidup damai dan rukun, hemat, cermat, sehat sejahtera dalam ikatan keluarga.










BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pendidik dan anak didik merupakan dua unsur yang sangat menentukan guna terselenggaranyapendidikan yang efektif dan efisien. Kedua unsur ini yaitu pendidik dan anak didik merupakan kunci bagi terjadinya pendidikan.
Pendidik adalah orang yang membimbing anak, agar si anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan, dalam pelaksanaannya dalam keluarga maupun maupun di luar lembaga keluarga.
Anak didik merupakan pihak yang dibantu oleh pendidik selain tidak berdaya, namun dia memiliki potensi tertentu untuk berkembang sehingga pedidik harus beruasaha untuk mengembangkan secara optimal.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu manusia mandiri dan manuisa dewasa, maka diperlukan interaksi pedagogis. Interaksi pedagogis ini pada dasarnya adalah komunkasi timbal balik antara anak didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Jadi interaksi pedagogis merupakan pergaulan pendidikan yang mengarah kepada tujuan pendidikan.

B.   Saran
Dalam dunia pendidikan, pendidik dan anak didik merupakan kunci terjadinya pendidikan. Pendidik dan naak didik harus dapat memahami peranannya masing-masing agar terjadi proses interaksi pedagogis.
Terjadinya perkembangan zaman, diharapkan pendidik mampu mengarahkan anak didik agar mampu menghadapi kehidupan dan berbagai aspek pendidikan. Keberhasilan pendidik ada pada anak didik dan sebaliknya, oleh karena itu harus menjaga komunikasi yang baik dalam interaksi atau di luar pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh, Drs, M.Pd, Dkk. 2010. pedagogik. Bandung: Cipta Utama

wiendarti aisah.(2014). Makalah Pendidik dan Peserta Didik. (online) tersedia:
didik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar